Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi
medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal pikiran, perasaan dan
tingkah laku.
Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Jenis Skizofrenia
Skizofrenia paranoid
Jenis
skizofrenia dimana penderitanya mengalami waham dan halusinasi yang meneror
atau mengintimidasi (misalnya merasa diawasi secara terus-menerus atau diikuti
ketika pergi ke manapun) dan juga waham yang membuat
penderita meyakini bahwa ia adalah sesosok figur besar (Tuhan, Malaikat, Nabi,
panglima besar, dsb).
Skizofrenia tidak teratur
Jenis
skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh perilaku yang tidak bertujuan
dan kekanak-kanakan. Seseorang yang menderita skizofrenia jenis ini sering
menunjukkan tanda tanda emosi dan ekspresi yang tidak sesuai dengan keadaannya.
Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering dialami untuk orang
yang menderita skizofrenia jenis ini.
Skizofrenia katatonik
Jenis
skizofrenia yang ditandai dengan gangguan motorik, termasuk kegembiraan ekstrim
dan perilaku menyerang secara fisik terhadap orang lain tanpa alasan. Orang
yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala diam dan
mempertahankan posisi yang janggal dalam waktu yang lama (stupor, fleksibilitas
lilin, negativisme).
Skizofrenia tidak terbedakan
Jenis
skizofrenia yang penderitanya memiliki delusi, halusinasi dan perilaku tidak
teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, tidak
teratur, atau katatonik.
Skizofrenia sisa
Skizofrenia
sisa akan didiagnosis ketika setidaknya episode dari salah satu dari empat
jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak
mempunyai satu gejala positif yang menonjol dan biasanya hanya tinggal gejala
negatifnya saja.
Penyebab
Pengaruh
neurobiologis, aAda beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang
menyebabkan skizorenia. Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin,
yaitu salah satu sel
kimia
dalam otak.
Pada pasien
penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan
pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia
bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1%
populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75%
penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan
dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor.
Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena
dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan
dan intervensi
dini berupa obat dan psikososial sangat penting
karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan
resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala
skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater
dan psikolog.
Gejala
Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara
lain:
- Ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh (afek datar).
- Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
- Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi (perhatian).
- Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu, dan tak disiplin.
Gejala-gejala
skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
- Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. - Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi
dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang
lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan
gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan
perilaku dan gangguan Post
Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik
atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat
berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja
perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia,
yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang
sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi
dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu
menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki
perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh,
pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak
biasa, pikiran obsesif tak terkendali,
pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua
orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia.
Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor
lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita
skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu
mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen
atau amfetamin
(ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita
skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari
reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan
terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan
terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan
obat-obatan antipsikotik yang
dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran
dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga
perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash,
doktor
ilmu matematika
dan pemenang hadiah Nobel
1994 yang mengilhami film A Beautiful
Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan
tetap berprestasi.
